Welcome 2018

Satu tahun berasa cepat sekali. Sepertinya baru kemarin saya nulis artikel di malam tahun baru 2017. Sekarang sudah tahun 2018. Resolusi tahun 2017 yang saya tulis di artikel tersebut gagal total. Tidak ada satupun yang terlaksana. Sehingga tahun ini saya gak mau menulis resolusi-resolusian lagi.

Saya sebenarnya sudah tahu apa hal besar yang akan saya hadapi di tahun 2018 ini. Sisa permasalahan tahun 2017 yang belum kelar sebenarnya. Saya berharap semoga urusan ini kelar di tahun ini.

Di samping itu, saya berharap semoga Allah memberi keberkahan di tahun ini. Selalu sehat dan dapat rejeki yang cukup dan berkah. Amin.

Sarju dan Ibu Mertua

Sarju adalah pria dambaan semua wanita. Di usianya yang baru menginjak 30 tahun, ia sudah dipercaya menduduki jabatan manajer di suatu perusahaan multinasional bonafid. Kinerja dan dedikasinya kepada perusahaanlah yang membuat ia dapat menduduki posisi bagus di kantornya dalam waktu yang singkat.

Dari segi fisik pun oke. Sarju memiliki wajah yang ganteng serta ukuran tubuh yang proporsional. Sekilas wajahnya mirip Cristian Sugiono. Perempuan mana coba yang tidak gampang kepincut?

Ia mempunyai istri yang cantik. Sayang, lima tahun menikah ternyata Tuhan belum mempercayakan buah hati kepada mereka berdua. Berbagai upaya medis dan non-medis telah ditempuh dan belum ada hasilnya.

Pengalaman Pertama Mengikuti SKD CPNS Berbasis CAT

Pada artikel ini saya akan berbagi pengalaman ketika mengikuti seleksi CPNS di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa hari yang lalu. Seumur hidup, ini kali pertama saya mengikuti tes CPNS. Tahun 2015 lalu pernah mendaftar juga, tetapi gagal di seleksi administrasi.

Pilihan saya mendaftar jatuh pada instansi Kemdikbud. Bukan apa-apa, hanya di instansi ini formasi untuk jurusan kuliah saya ada. Saya mendaftar di Kemdikbud untuk jabatan Instruktur. Padahal untuk jurusan saya, Pendidikan Bahasa Arab, hanya dibutuhkan 2 orang saja se-Indonesia. Kecil banget kan peluangnya? Coba saja, paling tidak dapat pengalaman.

Balada Cinta Sarju

Sore hari itu, Sarju terlihat murung. Ia duduk di atas tembok setinggi satu meter yang memisahkan teras kamar mandi dengan sedikit tanah kosong di sebelahnya. Tatapan matanya kosong meskipun seakan ia sedang melihat hamparan sawah di hadapannya. 
Sarju adalah adik kelas saya. Saya kelas dua dan dia kelas satu. Sebagai kakak kelas yang baik tentu saja saya merasa prihatin melihat keadaan sarju yang sedang gundah gulana. Saya mendekatinya dengan maksud untuk menghibur dia. 
Saya duduk di samping kirinya. Ia masih melamun.

Kartu Lebaran

Selepas Tarawih, Tarjo terlihat sedang duduk santai di balai-balai teras rumahnya. Sarung masih dikenakannya dengan asal-asalan. Pecinya tampak telah tergantung pada paku yang menancap di dinding kayu rumahnya. Tiga kancing baju teratas terbuka menandakan bahwa ia sedang merasa gerah.

Tak seberapa lama, Ranti, adik perempuannya, keluar dari dalam rumah membawa secangkir kopi yang dipesan Tarjo beberapa menit lalu.

“Ini kopinya, Mas.” Kata Ranti.

“Gulannya satu sendok seperi biasa kan?” Tarjo balas bertanya.

Sebuah Tulisan tentang Pekerjaan

Sejak kecil yang ditanyakan pada kita adalah "cita-cita". Besok kalau besar mau jadi apa? Entah sudah berapa ratus kali pertanyaan itu masuk ke telinga kita. Seolah-olah hidup di masa depan adalah tentang cita-cita saja (baca:kerja).

Apa kenyataannya begitu?
Dunia pendidikan saat ini lebih berorientasi kepada keterampilan kerja daripada pengembangan keilmuan. Pemerintah saat ini sangat mendorong sekolah vokasi. Mindset orang tua dalam menyekolahkan anak mereka adalah agar sukses dalam dunia kerja.