Pasar Malam dan Kenangan

Saya tidak ingat kapan terakhir ke pasar malam. Ingatan yang tersisa tentang pasar malam adalah ketika saya, ibu, dan tetangga jalan kaki dari kampung ke tempat pasar malam di lapangan Jetak, Mungkid. Jaraknya sekitar 2 kilometer. Tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak dekat untuk berjalan kaki. Saya tidak ingat itu kapan, yang jelas tahun 90-an ketika saya masih sekolah dasar.

Setelah selama itu, akhirnya saya berkesempatan ke pasar malam lagi. Pasar malam yang diadakan di lapangan Santan, Pabelan. Hanya 200-an meter dari gerbang kampung. Pasar malam yang tidak besar, tetapi cukup disebut sebagai pasar malam. Asalkan minimal ada bianglala dan kuda-kudaan yang berputar sudah cukup disebut pasar malam bukan? 

pasar malam,bianglala,ikhsan rosad
Bianglala. Permainan yang harus ada di pasar malam (dok pribadi)

Ada berbagai permainan untuk anak-anak dan juga berbagai jajanan "masa kini" untuk kaum ABG. Saya tidak melihat penjual arum manis sebanyak dulu. Hanya ada satu atau dua saja. Setiap menggigit arum manis bagi saya seperti menggigit kenangan masa lalu. Makanan ini selalu saya minta dibelikan di pasar malam dulu.  

Jalan Berbeda

Kehidupan orang dewasa kebanyakan sungguh membosankan. Mereka melakukan hal-hal yang sama, atau hampir sama, setiap harinya. Bangun tidur pukul sekian. Melakukan aktifitas pagi. Berangkat kerja pukul tujuh atau delapan pagi. Rutinitas kerja yang begitu-begitu saja setiap harinya. Lalu pulang di sore hari. Bercengkerama dengan keluarga lalu tidur pukul sembilan atau sepuluh malam. 

Begitu saja setiap harinya. Pada akhir pekan hanya tiduran saja di rumah. Kelelahan setelah satu minggu bekerja. Memasuki masa tua dengan kondisi keuangan yang tidak mencukupi.

jalan berbeda

Mereka melakukan itu hampir dua pertiga dari masa hidupnya. Pernah berpikir tidak jika kamu juga akan begitu? Kamu akan menua dan yang kamu lakukan sepanjang hidupmu adalah bekerja untuk perusahaanmu. Jika kamu suka dengan pekerjaan itu syukurlah, tetapi jika tidak, kamu menghabiskan masa hidupmu dengan kesusahpayahan dan melakukan hal yang tidak kamu sukai selama itu. Miris bukan?

Sebagian orang tidak memiliki kuasa atas pilihan yang dia ambil. Sebagian lain memiliki pilihan, tapi tidak mau mengambil risiko untuk mengambil "jalan yang sepi". Dia merasa aman berjalan bersama orang lain dalam "kerumunan".

Dalam tulisan ini saya tidak akan mengajak kamu ke "jalan sepi" atau tetap di "kerumunan". Saya mengajak kamu untuk berhenti sebentar dari aktifitasmu dan jawab pertanyaan ini: Apakah kamu bahagia dengan pekerjaanmu sekarang?

Berbagi Tugas

Seseorang bekerja dengan niat mencari uang itu tidak salah. Tapi mungkin ia bisa kecewa jika setelah bekerja ia hanya mendapat sedikit, atau bahkan tidak mendapat uang sama sekali.

Seorang ustadz yang berdakwah dengan niat untuk menjadikan semua orang baik tentu boleh saja.  Bagus bahkan. Tapi ia juga bisa kecewa jika yang mengikuti ajakannya ternyata hanya sedikit orang, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Kebaikan yang Sederhana


Ada kejadian di spot ini sesaat sebelum foto ini diambil. Seorang laki-laki muda menghampiri saya. Dia bersama teman perempuan. Mungkin pacarnya. Temannya menunggu dari jarak agak jauh, mungkin 10 meteran. 

Dia menyebut nama saya. Saya kaget dan bingung sesaat. Saya tidak bisa mengenalinya karena ia mengenakan topi dan masker. Pakaiannya semua serba hitam. Serba hitam dalam arti anak gaul ya, bukan seperti pakaian Ki Joko Bodo. 

Dunia Berjalan Terlalu Cepat

Beberapa tahun lalu saya dianggap punya keahlian yang tidak dimiliki rekan-rekan di tempat kerja yang lama. Saya bisa mengedit video, meski dalam bentuk yang sangat sederhana, dan menjadikan VCD. 

Saat ini itu sudah bukan keahlian istimewa lagi. Banyak anak muda yang bisa mengedit video dengan aplikasi yang ada di smartphone. Dioperasikan dengan mudah.

Sekitar tahun 2010 an saya belajar sebuah software desain grafis dengan serius. Hingga beberapa tahun setelahnya saya aktif menjadi desainer grafis lepas. 

Sekarang orang sudah tidak perlu repot-repot untuk mendesain. Tinggal instal Canva, beres. Cepat dan bagus.

Teknologi mengubah dunia ini dengan cepat. Terlalu cepat bahkan. Jangankan yang tua, yang masih muda saja sering keteteran untuk mengejarnya. 

Selesai Isoman

Setelah Isoman satu minggu, swab antigen ulang dan akhirnya sudah negatif. Isoman satu minggu sebenarnya bukan perkara sakit karena virusnya, tetapi bosan harus di rumah terus. Meskipun sebenarnya isoman boleh-boleh saja keluar rumah, berjemur di halaman misalnya, tetapi tetap tidak nyaman saja jika ada orang.

Varian Omicron ini saya rasakan mirip penyakit flu. Tidak lebih. Saya hanya merasakan radang tenggorokan dan batuk. Pilek pun tidak. Ditambah banyak tetangga saya yang sedang sakit flu. Mereka terkena dampak Hari Nggregesi Nasional beberapa hari lalu. Tidak bisa dibedakan gejala Omicron dan nggregesi biasa.

Isoman hari kelima kemarin istri demam dan flu juga, akhirnya swab antigen di puskesmas dan hasilnya positif juga. Sampai hari ini istri masih isoman. Nanti siang atau besok antigen ulang. Semoga sudah negatif.

Akhirnya Isoman Juga

Setelah mampu bertahan dua tahun dari gempuran Covid-19, akhirnya kena juga. Malam Jum'at tiba-tiba badan terasa gak enak, radang tenggorokan dan batuk kering mulai masif menyerang. Jumat pagi saya izin tidak bekerja. Karena sudah enakan, sore harinya swab antigen agar besok bisa bekerja lagi dengan aman. Dan ternyata hasilnya positif. Ya sudah, mulailah masa-masa isoman 10 hari ke depan.

Saya sudah menduga bahwa hasilnya akan positif karena beberapa waktu sebelumnya saya kontak dengan penyintas covid juga. Meskipun badan terasa baik-baik saja tapi sementara harus sabar melakukan isolasi mandiri. Virus ini harus berhenti di saya. Tidak boleh menular ke orang lain. 

Salam!