Selepas Tarawih, Tarjo terlihat sedang duduk santai di
balai-balai teras rumahnya. Sarung masih dikenakannya dengan asal-asalan.
Pecinya tampak telah tergantung pada paku yang menancap di dinding kayu
rumahnya. Tiga kancing baju teratas terbuka menandakan bahwa ia sedang merasa gerah.
Tak seberapa lama, Ranti, adik perempuannya, keluar dari
dalam rumah membawa secangkir kopi yang dipesan Tarjo beberapa menit lalu.
“Ini kopinya, Mas.” Kata Ranti.
“Gulannya satu sendok seperi biasa kan?” Tarjo balas bertanya.