Bagaimana Menyikapi Pandemi Covid-19 yang Berkepanjangan?

Sudah tujuh belas bulan kita "diteror" covid-19. Terhitung mulai pertengahan maret 2020 kita tidak baik-baik saja. Banyak batasan dalam kehidupan kita. Kita tidak boleh "terlalu akrab" dengan orang lain. Takutnya ketika berbicara ada ludah yang muncrat lalu menyebabkan covid. Mengadakan hajatan juga jadi lebih ribet. Mesti ada biaya ekstra untuk alat-alat prokes. Perijinan dari desa juga belum tentu keluar. Tamu tidak boleh banyak-banyak. Jadi kalau mau nikah nunggu pandemi selesai saja. Kecuali mau nikah hemat dengan alibi prokes :)

Beberapa orang yang saya kenal menjadi korban PHK. Salah satunya adik sepupu saya. Dulu dia bekerja di salah satu perusahaan yang menjual barang-barang dengan sistem kredit. Ketika pandemi menyerang, angsuran pelanggan yang nunggak mulai menggunung, sehingga untuk efisiensi, perusahaan harus merampingkan pengeluaran dengan mengurangi karyawan.

work hard
Source: Pinterest

Kita melihat semua lini kehidupan terdampak pandemi ini. Bidang yang merasakan langsung dampaknya adalah sektor pariwisata, transportasi umum, perhotelan, dan bidang usaha lain yang menitik beratkan pada kunjungan konsumen secara langsung.

Tetapi jika kita jeli melihat, ada beberapa sektor yang dengan adanya pandemi ini dapat bertahan, dan bahkan ada yang justru meningkat pesat. Sektor yang dapat bertahan adalah bidang usaha yang dapat mengalihkan sistemnya ke sistem online, misalnya minimarket yang melayani jasa pengantaran, pendidikan, ataupun penyedia kebutuhan pokok. 

Bidang yang justru meningkat pesat adalah bidang farmasi dan platform online. Sepertinya banyak orang yang jadi kaya-raya mendadak gara-gara jualan masker atau hand sanitizer :)

Lantas bagaimana sebaiknya kita menyikapi pandemi covid-19 ini?

Saya melihat situasi ini sebagai seleksi alam. Nasib kita tergantung bagaimana kemampuan kita beradaptasi dengan situasi ini. Jika kita tidak bisa mengubah situasi ini, maka yang bisa kita lakukan adalah mengubah cara pandang kita. 

Pandemi ini mengubah banyak hal. Sebelum pandemi siapa di antara kita yang tahu apa itu Zoom Meeting? Berapa persen di antara kita yang familiar dengan live streaming? Sangat sedikit pastinya.

Kita mesti melakukan banyak hal untuk menyesuaikan dengan pola hidup masa pandemi ini. Kita tidak bisa anti Zoom Meeting. Kita tidak bisa bersikukuh bahwa ketemu langsung lebih baik daripada rapat vie teleconference. Mungkin memang benar hal tersebut. Tetapi kita akan tertinggal jika tidak cepat menyesuaikan diri.

Saya memperkirakan hal-hal tersebut akan menjadi kebiasaan baru dalam kehidupan kita meskipun nanti pandemi sudah selesai. Dengan kata lain, ada perubahan besar dalam tatanan kehidupan manusia ketika pandemi covid-19 ini terjadi yang akan terbawa sampai selesai pandemi nanti.

Jika ingin bisa bertahan dalam masa-masa sulit ini, kita mesti cepat beradaptasi. Tidak boleh banyak mengeluh dengan membanding-bandingkan masa sekarang dengan sebelum pandemi. Kita hanya harus "Terus Bergerak" agar tidak tergilas keadaan. Salam super!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar