Menjadi Guru yang Bisa Digugu lan Ditiru

Peruntungan saya dalam mencari pekerjaan bisa dibilang buruk. Saat masih kuliah saya pernah memasukkan lamaran menjadi waiter di salah satu kedai kopi di jogja, Kedai Nusantara namanya. Jangankan diterima. Dipanggil wawancara pun tidak.

Lain kesempatan, saya melamar menjadi operator sebuah warnet yang cukup besar di Jogja waktu itu. Sudah ada dua teman akrab saya yang bekerja di sana lebih dahulu. Saya dipanggil wawancara bersama banyak orang. Walhasil, tidak diterima juga. Padahal sudah ada orang dalam hehe



Dan masih banyak lagi riwayat buruk saya dalam mencari pekerjaan waktu itu. Sampai-sampai saya tidak bisa mengingat satu persatu.

Tetapi peruntungan buruk dalam mencari pekerjaan itu tidak berlaku ketika saya mendaftar menjadi guru. Beberapa kali saya mendaftar guru dan semuanya diterima tanpa usaha yang sulit. Padahal saat itu saya belum lulus kuliah. Skripsi pun belum.

Akhirnya saya beranggapan bahwa sebenarnya Yang Maha Kuasa mengarahkan jalan saya menjadi seorang guru. Sejak 2012 hingga saat ini saya menjadi guru.

Orang tua pun merasa senang saya menjadi guru. Bukan karena kemapanan finansialnya, tetapi karena menyebarkan ilmu yang dikuasai.

Tapi ada satu hal yang selalu mengganjal dalam hati saya. Saya berpikir bahwa saya menjadi guru belum bisa sebaik guru-guru saya dulu mengajar saya. Bukan masalah metode ataupun penguasaan materi. Tahun-tahun ketika saya masih SMA belum ada media mengajar sebagus sekarang. Belum ada LCD Proyektor ataupun Powerpoint, internet saja belum ada.

Yang saya kagumi dari guru-guru saya dulu adalah keikhlasannya. Sekolah saya bukanlah sekolah yang besar. Saya tahu guru-guru di sana gajinya tidak besar. Tetapi sekalipun saya tidak pernah mendengar guru-guru saya membicarakan finansial ketika di kelas.

Saya juga tidak pernah mengetahui guru saya mempunyai aib moral. Saya sangat yakin mereka orang baik semuanya. Apa-apa yang mereka ajarkan saya yakini sebagai kebenaran dan masih bermanfaat hingga hari ini.

Semboyan guru itu harus bisa digugu dan ditiru benar-benar ada pada guru-guru saya. Itu yang ingin sekali saya teladani hari ini ketika saya menjadi guru juga. Meskipun saya sadar apa yang saya lakukan masih jauh dari apa yang beliau-beliau lakukan. Semoga Allah membalas dengan kebaikan berlimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar