Tips Menulis dari Tere Liye dan Resolusi 180 Hari

Siapa yang tidak kenal Tere Liye? Pria bernama asli Darwis kelahiran 40 tahun silam adalam seorang penulis novel terkenal di tanah air. Jumlah novel yang sudah ditulis hingga saat ini berjumlah 30 judul kalau saya tidak salah. Dalam satu tahun biasanya beliau menerbitkan 2 hingga 4 novel.

Terus terang saya tidak punya satupun novel Tere Liye. Kalau membaca pernah. Novel tersebut saya pinjam dari perpustakaan atau dari kawan. Ketika saya jalan-jalan ke Gramedia juga saya tidak asing dengan novel-novel Tere Liye. Jadi, walaupun saya belum punya novelnya hingga saat ini, saya yakin sekali bahwa Tere Liye adalah penulis yang baik dan produktif.

Bahkan sebenarnya saya baru tahu rupa Tere Liye tadi malam. Saya mencari tip kepenulisan di  Youtube dan secara tidak sengaja saya menemukan video Tere Liye dalam acara kepenulisan yang diadakan MBS Yogyakarta. Dalam acara tersebut Tere Liye sebagai pematerinya. Ada beberapa kiat menulis yang ia bagikan berdasar pengalaman yang beliau miliki.


Kesan saya melihat video tersebut adalah Tere Liye memiliki gaya yang unik ketika berbicara di depan umum. Aksen atau logat Sumateranya terasa kental sekali.

Dalam tulisan ini saya bagikan beberapa poin yang saya tangkap dari video tersebut. Semoga berguna dan menambah pengetahuan menulis kamu ya.

1. Milikilah sudut pandang yang unik dalam menulis. 

Topik tulisan boleh apa saja, tetapi sudut pandang harus unik dan berbeda dari kebanyakan yang dipikirkan orang.

Misalnya, ketika melihat suatu realita kebanyakan orang mempunyai sudut pandang yang sama. Cobalah cari sudut pandang lain dan berbeda dengan sudut pandang orang lain.

Ketika kita disuruh membuat tulisan tentang Candi Borobudur, misalnya. Kebanyakan orang akan menulis tentang sejarah candi, siapa pendirinya, lokasinya dimana dan hal-hal standar lainnya. Sebagai penulis, kita harus bisa melihat dari sisi lain, seperti kasus perusakan Candi Borobudur, para pedagang di Candi Borobudur, tips berkunjung dan lain sebagainya yang tidak terpikirkan orang.

2. Penulis yang baik harus memiliki "Amunisi".

Amunisi yang dimaksud adalah isi dari otak alias pengetahuan dan ilmu yang banyak. Orang yang tidak mempunyai ilmu, pengetahuan, atau wawasan di kepalanya, dia tidak akan bisa menjadi penulis.

Kabar baiknya, amunisi ini bisa kita cari dengan tiga hal berikut ini:

a. banyak membaca buku.
Sebagai penulis wajib hukumnya untuk banyak membaca. Membaca buku atau tulisan apapun. Ternyata benar adanya bahwa membaca dapat membuka cakrawala kita. Semakin banyak referensi bacaan, semakin baik dan berbobot pula tulisan kita. Tere Liye sudah membaca ratusan judul buku ketika ia masih duduk di sekolah dasar. Buku apapun ia baca mulai dari sejarah Yunani, Wiro Sableng, Dragon Ball dan lain-lain. Jadi, banyaklah membaca jika ingin menjadi penulis.

b. Banyak melakukan perjalanan
Melakukan perjalanan atau bersafar dianjurkan oleh Nabi kita. Dalam perjalanan kita akan memperoleh banyak hal baru yang belum kita ketahui sebelumnya. Apa hubungannya dengan menulis? Hal tersebut akan memperkaya tulisan kita dan bahkan mungkin bisa menjadi latar dari tulisan kita. Ambillah makna dari setiap perjalanan. Perjalanan tidak harus jauh. Pergi ke minimarket saja kita bisa mendapat banyak pelajaran jika kita peka.

c. Bertemu dengan orang-orang bijak
Orang bijak yang dimaksud adalah orang lain yang bisa memberi kita banyak pelajaran hidup. Misalkan kita bertemu dengan penjual bakso yang sudah berjualan selama 20 tahun. Akan ada banyak sekali cerita menarik yang dapat kita kulik dari beliau. Misalnya sudah berjualan di mana saja, atau pengalaman menarik ketika beliau berdagang bakso.

3. Kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, dan menyelesaikan lebih gampang lagi.

Banyak orang memiliki anggapan bahwa menulis kalimat pertama adalah sulit. Hal ini tidak menjadi persoalan menurut Tere Liye. Cara mengatasinya adalah dengan menulis apa saja yang terpikir, ngaco juga tidak apa-apa, lalu ketika tulisan sudah jadi bagian awal yang ngaco itu tinggal dihapus.

Contohnya begini:
Saya mau menulis tentang candi Prambanan tetapi saya bingung mau mulai dari mana. Apa saya tulis tentang sejarahnya saja ya. Ah tetapi itu sudah banyak ditulis oleh orang lain. Sepertinya saya akan tulis tentang fenomena tukang foto di candi Prambanan saja. Sepertinya akan menarik. Tukang foto di berbagai tempat wisata adalah fenomena yang marak belakangan ini. Salah satunya adalah di candi Prambanan. dst

Nah, pada contoh di atas, bagian yang berwarna merah tersebut bisa kita jadikan cara dalam memulai menulis. Nanti ketika tulisan sudah jadi bagian tersebut dihapus. Mudah bukan? Jadi jangan khawatir  lagi untuk memulai tulisan. Ternyata banyak novel Tere Liye yang ditulis dengan cara tersebut.

Gaya bahasa adalah kebiasaan maksudnya adalah gaya bahasa dalam menulis akan terbentuk sendiri jika jam terbang sebagai penulis kita sudah tinggi. Di awal, kita tak perlu pusing-pusing memikirkannya. Tulis dan tulis saja terus.

Menyelesaikan lebih gampang lagi maksudnya adalah dalam mengakhiri sebuah tulisan, novel terutama, tidak harus ada kesimpulan. Tere Liye mencontohkan dengan novel Hafalan Salat Delisa. Novel tersebut sebenarnya belum selesai dan ada nilai-nilai yang ingin ia masukkan dalam tulisan iu lagi. Karena beliau sudah stagnan atau mandeg, langsung ditamatkan saja oleh beliau, dan ternyata banyak orang tidak sadar bahwal sebenarnya novel itu belum selesai.

4. Ala bisa karena terbiasa. Latihan! Latihan! Latihan!

Semua kiat tidak akan berguna jika hanya didengarkan saja. Harus praktik jika ingin menjadi penulis. Tidak ada penulis yang karyanya langsung diterima penerbit untuk diterbitkan. Semuanya melalui proses penolakan demi penolakan. Sebagai penulis harus tetap berlatih dan mengembangkan skil menulisnya.

Bagian ini adalah akhirnya. Tere Liye menantang para audiens untuk menulis 1000 kata setiap hari selama 180 hari. Jika sampai hari ke sekian ada lowongnya karena lupa atau tidak sempat, maka harus dimulai lagi dari hari pertama. Ia menjamin tulisan kita akan menjadi bagus. Setelah 180 hari kita bisa memilih 40 an tulisan dan kita edit lagi lalu dikirimkan ke penerbit jika kita ingin.

Kiat terakhir ini akan saya praktikkan. Saya akan berusaha menulis setiap hari di blog ini selama 180 hari ke depan minimal 1000 kata tiap tulisan. Tulisan ini menjadi tulisan #Hari 1 saya. Semoga bisa konsisten sampai selesai. Amin.

Sumber video yang saya jadikan rujukan tulisan ini ada di chanel Youtube MBS TV milik Muhammadiyah Boarding School atau dikenal dengan nama MBS Yogyakarta. Ada juga yang menyebut MBS Prambanan. Bisa dilihat di chanel tersebut jika ingin melihat langsung kiat menulis dari Tere Liye. Tautan video tidak saya sertakan karena acara tersebut terpecah menjadi beberapa video. Selamat menulis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar